d3821aa Arsitektur vernakuler Rumah Gadang Minang, Sumatera barat build_links(); ?> build_links(); ?> build_links(); ?>
top of page

Arsitektur vernakuler Rumah Gadang Minang, Sumatera barat

Diperbarui: 28 Feb 2020

Gambaran arsitektur vernakular Minangkabau melalui arsitektur rumah gadang






Rumah gadang yang merupakan yang merupakan salah satu ekspresi arsitektur vernakular Minangkabau mampu mencerminkan kebijakan penggunaan bahasa arsitektural masyarakat etnis tersebut.

Karakteristik rumah gadang

Karakteristik bangunan berarsitektur khas Minangkabau memang mudah dikenali. Hal ini membuatnya menjadi identitas masyarakat Sumatera Barat, bahkan mereka yang berada di perantauan sekalipun. Karena itulah, jika di suatu tempat ditemukan atap bangunan yang terlihat mengadaptasi bentuk tanduk kerbau, hampir bisa dipastikan ada 'urang awak' di daerah tersebut.

Di luar Sumatera Barat, jenis rumah adat khas Minangkabau populer dengan sebutan rumah gadang. Di kampung halamannya sendiri, rumah tradisional ini lebih dikenal dengan sebutan 'rumah bagonjong'. Menurut sejarah aslinya, tidak semua wilayah di Sumatera Barat dapat dibangun rumah adat seperti ini. Rumah bagonjong hanya didirikan di kawasan tertentu yang berstatus nagari. Karena itulah, eksistensi rumah bagonjong atau rumah gadang di luar Minangkabau terjadi karena aturan adat yang melemah seiring perkembangan zaman.

Bentuk rumah Gadang sendiri dapat diibaratkan seperti bentuk kapal. Kecil di bawah dan besar di atas. Bentuk atapnya mempunyai lengkung ke atas, kurang lebih setengah lingkaran, dan berasal dari daun Rumbio (nipah). Bentuknya menyerupai tanduk kerbau dengan jumlah lengkung empat atau enam, dengan satu lengkungan ke arah depan rumah.



Wujud Arsitektural rumah gadang

Rumah gadang merupakan rumah panggung dan terbagi atas kepala, badan, serta kaki yang pada dasarnya terbentuk dari geometri-geometri sederhana namun dengan penyelesaian yang terbilang unik salah satu bentuk yang cukup unik dari rumah gadang adalah atap gonjongnya.

1. Bentuk atap gonjong

Ide atau pemikiran yang mendasari bentuk atap gonjong antara lain :

a. Tanduk kerbau, karena kerbau merupakan hewan yang dianggap sangat erat kaitannya

dengan sejarah kemenangan masyarakat Minangkabau dalam adu kerbau melawan pendatang yang ingin menduduki wilayah mereka. (Ismael, 2007 : 52).

b. Pucuk rebung (bakal bambu), karena bagi masyarakat Minangkabau rebung merupakan

bahan makanan adat yang selalu ada saat upacara-upacara adat. Selain itu, bambu dianggap tumbuhan yang sangat penting dalam konstruksi tradisional. (Ismael, 2007 : 52).

c. Alam Minangkabau yang berbukit, terdiri dari punggungan dan landaian. (Ismael, 2010 : 52).

Garis Lengkung Landaian dan Punggungan yang Menyiratkan Alam Minangkabau yang Berbukit


2. Bentuk bangunan yang menyerupai trapesium terbalik merupakan representasi dari kapal

atau perahu layar.

Hal ini merupakan kenangan terkait asal-usul nenek moyang orang Minangkabau yang dianggap berasal dari rombongan Iskandar Zulkarnaen yang berlayar dengan kapal dari daerah asalnya dan kemudian terdampar di dataran Minangkabau. (Ismael, 2007 : 52).


3.Struktur Pondasi, Kolom, serta Kolong

Pondasi rumah gadang berupa lempengan batu yang tidak ditanam dalam tanah tetapi diekspos pada permukaan tanah dengan cara menumpukan tiang kolom pada sebuah batu yang disebut dengan pondasi umpak.

Tiang dan pondasi .

Pada sistem struktur kolom dan balok rumah gadang menggunakan sistem pasak kayu dimana kolom dan balok disambung atau dirangkai tanpa menggunakan paku, sehingga pada saat terjadi gempa balok-balok kayu tidak mengalami patah karena dapat bergerak seperti engsel dengan jarak tertentu. Kolom pada rumah gadang biasanya menggunakan kayu keras yang

dikenal dengan sebutan kayu juar.

Kolong rumah

Kolong pada rumah biasa digunakan sebagai tempat hewan ternak dahulunya, tetapi kebanyakan kolong dari rumah gadang digunakan sebagai gudang luar untuk menyimpan peralatan bercocok tanam ataupun kayu-kayu bakar. Seluruh kolong ditutup dengan ruang atau sasak yang berkisi jarang. Kolong ini ditutup dengan mempergunakan bambu yang dianyam langsung pada saat menutup kolong tersebut.


Sistem Struktur Lantai

Sistem lantai pada rumah gadang menggunakan sambungan yang dikenal dengan rasuak. Rasuak adalah kayu yang melintang mengikuti lebaran rumah. Apabila ada anjungan maka rasuaknya juga ikut dinaikkan mengikuti ketinggian anjungan.

Pada rumah gadang yang asli, lantai tidak terbuat dari kayu, akan tetapi dibuat dari bambu yang dipecah dan didatarkan yang disebut dengan palupuah. Jadi tidak menggunakan paku didalam pemasangannya tetapi hanya menggunakan rotan yang telah dibelah untuk mengikat sehingga lantai tersebut tidak terlepas dan bercerai berai. (Syamsidar, 1991 : 29).


Barrier

Sebuah barrier membagi satu tempat dengan yang lain. Bisa berupa dinding, tapi bisa juga berupa pagar. Tapi bisa juga barrier secara psikologis yang berupa garis pada lantai.

Barrier pada bangunan rumah gadang berupa dinding penyekat. Bangunan dinding rumah yang membesar ke atap disebut dengan silek membebaskannya dari terpaan tempian. (Syamsidar, 1991 : 30).


Sistem Struktur Atap

Konstruksi atap rumah gadang menggunakan balok-balok pengikat tiang, di atasnya disusun gording-gording yang lengkung mengikuti bentuk atap rumah gadang lalu dipasang reng bambu yang diikat menggunakan rotan. Sistem ikatan pada struktur atap dan juga sambungan kayu yang tidak kaku membuat rumah gadang lebih fleksibel dan memiliki toleransi tinggi terhadap gempa bumi.


Rumah Gadang

Secara sederhana rumah gadang sebagai rumah tradisional Minangkabau adalah rumah tinggal yang dimiliki oleh keluarga besar segaris keturunan ibu atau menurut sistem matrilineal dan digunakan untuk kepentingan bersama.

Dikatakan gadang bukan karena fisiknya yang besar. Fungsinya selain sebagai tempat kediaman keluarga, rumah gadang merupakan perlambang kehadiran satu kaum dalam satu nagari, serta sebagai pusat kehidupan dan kerukunan seperti tempat bermufakat keluarga kaum dan melaksanakan upacara. Bahkan sebagai tempat merawat anggota keluarga yang sakit. (Syamsidar, 1991 : 19).


Bentuk Dasar Rumah Gadang

1. Bentuk dasarnya persegi empat.

2.Atapnya melengkung tajam seperti bentuk tanduk kerbau, sedangkan lengkung badan rumah landai seperti badan kapal.

3. Bentuk badan rumah gadang yang segi empat yang membesar ke atas (trapesium terbalik) sisinya melengkung kedalam atau rendah di bagian tengah, secara estetika merupakan komposisi yang dinamis.

4 Jika dilihat pula dari sebelah sisi bangunan (penampang), maka segi empat yang membesar ke atas ditutup oleh bentuk segitiga yang juga sisi segitiga itu melengkung ke arah dalam, semuanya membentuk suatu keseimbangan estetika yang sesuai dengan ajaran hidup mereka.

5. Dilihat pada sisi lain maka rumah gadang adalah rumah panggung, karena lantainya terletak jauh di atas tanah.

6. Rumah gadang bentuknya yang memanjang tersebut biasanya didasarkan kepada jumlah ruang dalam bilangan ganjil : 3,5,7,9, dan ada pula 17 ruang pada masa lalu tetapi sekarang tidak diketemukan lagi.


Ornamen dan Makna pada Rumah Gadang

Tiap-tiap ukiran mempunyai makna dan maksud tersendiri. Hal itu juga berhubungan dengan tempat diletakkannya ukiran tersebut. Berikut adalah arti dari beberapa buah ukiran :

1. Aka Bapilin (akar berpilin). Artinya bahwa tindakan orang Minangkabau tidak ada yang sia-sia, semuanya harus ada maksud dan tujuan. Oleh karena itu tidak boleh putus asa, karena manusia sudah dibekali dengan akal pikiran untuk memikirkan segala sesuatu yang berguna untuk hidupnya.

2. Kaluak paku (gulungan pucuk pakis muda). Ukiran ini melambangkan tanggung jawab seorang mamak terhadap kemenakan di rumah orang tua, juga sebagai ayah di rumah istri.


3. Bungo mantimun (bunga mentimun). Ukiran ini menggambarkan bahwa sesuatunya itu harus dibiarkan berkembang sesuai dengan kodratnya

4. Singo Mandongkak jo Takuak Kacang Goreng (daun kacang goreng). Ukiran ini menggambarkan bahwa segala sesuatu yang terdapat di alam memiliki tanda-tanda yang menunjukkan keadaan alam itu sendiri.

5. Siriah gadang (daun sirih). Ukiran ini menggambarkan konsep-konsep dalam sistem sosial orang Minangkabau.


6. Itiak pulang patang (itik pulang sore). Ukiran ini menggambarkan kehidupan yang santai sesudah berusaha dan bekerja seharian untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Bermakna keteraturan, ketertiban dan kedisiplinan.


7. Kuciang lalok jo Saik Galamai (kucing tidur). Ukiran ini menggambarkan keadaan orang yang malas seperti kucing tidur.

8. Limpapeh (lipas besar). Ukiran ini menggambarkan bila dalam sebuah rumah adat terdapat anak gadis yang cantik, maka kepadanya diberi nama julukan limpapeh.

9. Ramo-ramo (kupu-kupu). Ukiran ini menggambarkan tentang pusaka Minangkabau yang tetap, tidak berubah dari dahulu sampai sekarang, walaupun para pendukungnya sudah silih berganti. Pusaka Minangkabau yang dimaksudkan adalah adat Minangkabau.

10. Sikumbang manih. Ukiran ini bermakna kemeriahan, keramahan, dan kesopanan.

11. Aka cino. Ukiran ini bermakna kehaluasan dan keserasian.


KESIMPULAN

Adat dan agama tergambar dalam ungkapan, Adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah (Adat bersendi syarak, syarak bersendi kitabullah). Agama Islam yang merupakan satu-satunya agama yang diyakini oleh masyarakat Minangkabau.

Secara garis besar proses pembangunan rumah gadang pada setiap daerah di kawasan Alam Minangkabau adalah sama, yaitu terdiri dari tahap perencanaan, pencarian bahan, dan pembangunan. Perbedaan akan terlihat pada istilah-istilah teknis yang digunakan dalam rangkaian proses pembangunan dan detail prosesi yang dilakukan.

278 tampilan0 komentar

Postingan Terakhir

Lihat Semua
bottom of page